Massa pengunjuk rasa memprotes tewasnya George Floyd jumlahnya kian bertambah. Demonstrasi kini memasuki hari ke-8 setelah Floyd tewas pada Senin (25/5) pekan lalu setelah lehernya ditindih oleh polisi David bernama Derek Chauvin selama 9 menit.
Di balik berjalannya protes, terdapat barisan jurnalis yang meliput dan mendokumentasikan peristiwa bersejarah tersebut. Namun bukannya menghargai kerja media yang sebenarnya dilindungi aturan tentang kebebasan pers, polisi malah menggangu, menyerang, bahkan menangkap jurnalis saat menyiarkan laporan langsung.
CNN reporter Omar Jimenez, who is black and Latino, and his team were arrested by officers early this morning in Minneapolis. Not far away, CNN journalist Josh Campbell, who is white, says he was "treated much differently." https://t.co/1ZpqdyJON2 pic.twitter.com/vPFLTx8UnK— CNN (@CNN) May 29, 2020
Pada Jumat (29/5) kemarin, seorang reporter CNN bernama Omar Jimenez yang ditangkap oleh polisi di Minneapolis ditengah siaran langsung pertama kali menarik perhatian dunia, memperlihatkan bagaimana pihak penegak hukum kota tersebut memperlakukan para wartawan yang tengah meliput kerusuhan.
Jumlah jurnalis dan kru media yang terluka ketika meliput kerusuhan di AS bertambah banyak pada akhir pekan kemarin, US Freedom Tracker, sebuah proyek nirlaba, mengatakan tengah menyelidiki lebih dari 100 “pelanggaran kebebasan pers” pada protes dalam tiga hari terakhir. Sebanyak 76 kasus di antaranya melibatkan serangan fisik yang 80% dilakukan oleh polisi. 36 jurnalis terluka ditembak peluru karet, dan 19 lainnya ditangkap oleh polisi.
To put some perspective on the unprecedented nature of the weekend's attacks on journalists:
At @USPressTracker, we've documented 100-150 press freedom violations in the US per year, for the last 3 years.
We are currently investigating *over 100* FROM JUST THE LAST 3 DAYS.— U.S. Press Freedom Tracker (@uspresstracker) June 1, 2020
Sejumlah awak media melaporkan bahwa mereka juga ikut diserang oleh polisi ketika sedang berusaha membubarkan massa yang berunjuk rasa. Tidak sedikit juga yang menjadi korban serangan dari pengunjuk rasa, seperti jurnalis foto dari KDKA TV bernama Ian Smith yang mengaku diserang oleh para pengujuk rasa di pusat kota, di Pittsburgh.
“Mereka menginjak dan menendang saya. Saya memar dan berdarah, tapi saya masih tetap hidup. Kamera saya rusak. Sekelompok pemrotes lainnya menarik saya keluar dan menyelamatkan hidup saya. Terima kasih!,” ujarnya seperti dilansir dari CNN.
Seorang reporter dan juru kamera dari DW ditembak peluru karet oleh polisi Minneapolis ketika sedang berada dalam siaran langsung. Dalam cuplikan video di bawah, terlihat bahwa reporter tersebut mengenakan rompi bertuliskan “PRESS” dan berada jauh dari barisan barikade polisi anti huru-hara.
A DW reporter and his camera operator have been shot at with projectiles by Minneapolis police while covering the protests sparked by the killing of #GeorgeFloyd. pic.twitter.com/5jhcwd0Zzo— DW News (@dwnews) June 1, 2020
Hal yang sama juga terjadi terhadap seorang reporter dan juru kamera dari Australia. Ketika sedang melaporkan langsung dari depan Gedung Putih, mereka dipukul dan tertembak peluru karet. Para polisi anti huru-hara tidak membedakan antara para demonstran dan jurnalis yang tengah meliput di lapangan
Here’s how this scene was viewed live in Australia. One of America’s closest and most dependable allies. Rendered speechless. Just watch. pic.twitter.com/IjOzgs3WYo— Brett McGurk (@brett_mcgurk) June 2, 2020
Menanggapi hal ini, Presiden AS Donald Trump tidak bersimpati dan pada Minggu kemarin justru menyalahkan media untuk kerusuhan yang terjadi di penjuru negeri. Dua hari sebelumnya, Trump dibawa ke bunker untuk berlindung ketika ratusan pemrotes berkumpul di luar Gedung Putih.